Header Ads

ads header

KOPI PAKE TUNGGU DIA

Duduk Bersama pemilik  Caffe kedai Kafein



Dogiyai - AnakKampung  - Minum kopi dengan Dia tapi jadi minum kopi dengan mereka. Masuk Kedai Kafein, tiga orang anak muda sedang duduk bercerita, salam suara dan saya lurus toilet merapikan gaya rambut baru, types evolved. Apapun penampilan harus bersih untuk kesehatan bukan gaya karena sosmed, tapi kotor juga tidakpapa, tapi setelah sakit jangan salahkan orang, alam atau makanan. Di era modern kebersihan menjadi sesuatu tidak dibicarakan dimasyarakat umum, padahal penyakit kecil dapat menjadi jalan menuju kematian. 

"Kaka punya gaya ini macam penyanyi Afrika dong, " Sambut barista Kafein lihat saya keluar dari toilet. 

"Hahha,, io itu sudah Dx, " Balas saya dengan ketawa dan biasa saja. Saya suka pujian untuk baik tapi tidak untuk politik. 

"Kax rasa Sa Latte ka, " Ajak barista kafein namanya Wiro, bertubuh besar tinggi, di tanggan kanan punya tatto. Minum pertama Dia foto saya lapis cangkir seduhnya.

"Oke baik, "Balas saya sambil menarik kursi besi di sampin pemilik kedai Kafein duduk, Viki, Dia sedang sibuk diskusi Kopi di grup "Tukan Kopi Nabire", Dia cerita soal diskusi yang mereka diskusikan, menarik dan bagus untuk pengembangan petani kopi. 

Begitu singkat cerita diwaktu sore (16:00) menuju malam, dikota agak gelap tapi tidak hujan. Tinggalkan Om di kota baru, tempat kita besar dengan alam. Alasan tunggu Dia disana (kafein). 

"Jadi kerumah jam berapa?, "Bunyi pesan di WA dari Dia, Memastikan saya datang kerumah jam 22:09. Sesuai kata tadi malam. 

"Datang ke Kafein sekarang, " Balas saya. Saya sudah tunggu satu jam lebih sambil bercanda dengan orang-orang kopi.

"Saya sibuk, " Balas Dia, singkat. 

Dia belum tanya saya tunggu dari jam berapa. Hanya karena menunggu Dia saya batalkan pertemuan dengan sahabat lama, Yohan. Mungkin masih ingat janji malam, tapi saya batal. Kadang sabar itu menjengkel tapi lebih baik cool stay. Duduk menikmati lagu orang-orang hitam di momen Festival Budaya di Harlem, Manhattan, New York City selama musim panas 1969. Kopi Latte habis, cerita festival budaya usai dan saya ingin pulang, pulang kepada kamar kecil. 


Penulis adalah pengamat Cerita-Cerita Kampung Mr. Nomen. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.