Mama Papua jual sembako pagi di Ujung Aspal Kampung Makimi Lagari
Nabire - Anakkampung - Ujung jalan dari kota Nabire, tanjung Legari Makimi. Dermaga kayu kecil penghubung beberapa kampung di Pulau dan di bibir Pantai. Dari sini kami menyusuri muara sungai, keluar masuk muara dan membelah ombak diatas laut menuju pulau-pulau yang indah. Dari kota tempuh 40km lebih dari titik 0km.
Pagi jam 07:02, warga sudah beraktivitas; gegas bersih-bersih speatboat kayu dan karet, ada yang turung dari speatboat setelah tiba, ada yang sedang naik speatboat. Damri sedang menunggu penumpang. Transportasi umum satu-satunya yang menghubungkan 1-3 distrik pelosok. 20 ribu satu penumpang.
Sampin badan Damri memarkir, ada warung kecil dengan meja pinang buah dan kebe. Saya bertemu dengan wanita bertubuh kecil kurus, kira-kira berumur 43thn, sedang gegas merapihkan jualan pinang dan beberapa sembako yang Ia jual, saya dapat informasi tentang transportasi umum dan akses keluar masuk warga kota dan kampung dari Dia, perempuan asal pulau Moor, pulau yang berhadapan dengan tanjung Legari, aksesnya hanya sekali gas keluar muara sampai di Pulau Moor.
"Kaka jual kopi ka?, " Tanya saya.
"Ada ade, " Jawab kaka Dia, suaranya besar, keluar dari mulut merah pinang.
"Satu e.. Kaka, isi di botol aqua saja, " Jelas saya. Kopi hitam, bekal untuk perjalanan saya, obat jenuh yang kadang membikin saya rileks, kuat mata.
"Berapa kaka?, " Tanya saya setelah kaka Dia ulurkan kopi dalam botol aqua setelah saya menunggu tiga menit.
"Sepuluh ribu, " Balas kaka. Saya beri dua puluh ribu.
"Kembalian tahan saja kaka " Jelas saya. Bukan karena saya banyak uang tapi saya sedikit mendukung dengan usaha kecil milik warga asli lokal, nilainya sedikit tapi hati hanya Tuhan yang tau, semoga ada berkat lain soal energi. Jarang bagi orang asli Papua berwirausaha baik dan hidup didunia itu. Subjektif saya; 95% orang asli hidup bergantung pada birokrat dan politik. Semoga kaka Dia melahirkan anak yang bermental usaha seperti kebanyakan orang China dll dari pulau Moor.
"Makasih ade, " Balasannya. Kami naik speatboat setelah ibu guru yang mengajar di dusun selamah 11thn berdoa.
Penulis adalah pengamat cerita-cerita Kampung, Mr. Nomen.
Post a Comment