Header Ads

ads header

Persiapkan Mental-Mu sebelom menjadi Guru

 


Nabire - Anakkampung.com - Persiapan mental yang dimaksud adalah persiapan batin seorang guru. Persiapan batin ini penting bagi guru ketika hendak mengajar. Sebab, hal ini sangat berpengaruh terhadap penampilan guru Itu pada waktu memberikan pelajaran didepan siswa. Terlebih lagi bagi guru junior yang belum banyak makan asam garam dunia pendidikan. Jika persiapan batin baik, ia akan memperlihatkan penampilan yang tenang, tidak ragu, dan menunjukkan sifat percaya diri, tidak kaku, dan sebagainya. Sebaliknya, jika persiapan batin itu kurang, akan berakibat kurang baik dalam memberikan pelajaran di depan siswanya.


Lebih dari itu, kesiapan yang lebih utama adalah kesiapan psikologis untuk menghadapi para peserta didik dengan beragam karakter. Dengan keadaan bagaimanapun, guru harus bisa menjaga kondisi hati supaya selalu stabil. Kondisi yang stabil akan melahirkan perasaan dan emosi yang stabil pula. Emosi yang stabil inilah yang sangat dibutuhkan guru dalam menghadapi anak-anak didiknya. Salah satu cara untuk menstabilkan emosi adalah dengan memisahkan antara wilayah pribadi dan wilayah tugas. Seorang guru yang mampu memisahkan kedua hal tersebut akan terhindar dari kelabilan emosi.


Misalnya, seorang guru tiba-tiba saja marah tanpa sebab yang kuat, lantas berubah jadi pendiam, kasar bila berbicara, tidak ramah kepada siswa, atau merasa bosan dengan suasana kerja. Kelabilan jiwa seperti ini akan memengaruhi hubungannya dengan siswa serta rekan kerjanya. Bila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, siswa akan menemukan gurunya sebagai pribadi yang "membingungkan”. Sebab, siswa merasa sulit memahami gurunya. Kemauannya susah dibaca. Apa yang membuat dia senang dan tidak senang sulit dipahami. Pada akhirnya, siswa pun akan sulit mengambil sikap terhadap sang guru.


Untuk menghindari kelabilan emosi seperti ini, guru perlu mem-persiapkan diri jauh-jauh sebelumnya dengan cara menata hati. Setiap kali hendak melangkahkan kaki meninggalkan rumah, misalnya, sediakan waktu sebentar untuk menata diri. Lebih baik lagi jika menata hati ini dilakukan setiap kali masuk kelas. Semakin sering menata hati dilakukan, dampaknya akan semakin baik. Sangat mungkin bahwa suatu saat sebenarnya guru sedang mengalami problem rumah tangga atau problem pribadi lainnya. Dengan menata hati, problem-problem itu akan mudah disimpan di dalam wilayah tersendiri, tidak ikut terbawa ke sekolah atau ke dalam kelas. Bila problem-probem sudah dapat dibatasi pada wilayahnya masing-masing maka satu persoalan besar telah terselesaikan. Kemudian, guru tinggal menghadapi problem-problem nyata, bukan problem yang sebenarnya muncul dari dalam dirinya sendiri.



Penulis adalah Sedang mengeyam Pendidikan Guru TK di Universitas Cendrawasi.

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.