Header Ads

ads header

Kehidupan Masyarakat di Batas Negara Indonesia dan Papua New Guinea

perbatasan png-indonesia.photo:ap


Nabire, Anakkampung.com - Seperti Negara Stan-Stan pecahan Uni Soviet di batas garis. Dalam buku”Garis Batas” (Agustinus Wibowo) Agustinus Wibowo catatan perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah memperlihatkan perbedaan hidup warga negara Stan ex jajahan Uni Soviet dibawah pemimpin Lennin dan Stalin. Warga negara Stan2 memiliki banyak suku dan bahasa Nasional Rusia yang rata-rata sama. Ada kesulitan hidup berkomunikasi dalam mennasionalisasi bahasa lokal.


Ada Negara Stan yang hidupnya sudah kacau balau, orang yang suka miras tinggi dan kekerasaan hampir setiap hari terjadi, tapi ada Negara Stan yang hidup baik, misalnya pendidikan dan layanan kesehatan di jamin Negara, hidup sebagai negara modern. Daerah Stan juga perbatasan dengan dataran China. Ras mereka sama, hanya batas Negara diatas kertas yang membatasi ruang lingkup. 


Agustinus Wibowo seorang wajah Asia, Tionghoa; di beberapa Negara dicuriga penyusup negara lain, hampir Dia di masukan dalam penjara dan gagal menulis buku”batas garis”. Dia melewati batas Negara Stan dengan kerja keras (namanya juga backpacker), Dia sempat dirampok Polisi hingga paswordnya dianggap palsu. Dia dibawa ke kantor polisi setelah ketahuan memotret simbol Negara di salah satu Negara Stan modern.


Batas garis Papua dan PNG kurang lebih sama, kami memiliki Melanesia tapi dibatasi garis batas Negara diatas kertas yang fiktif. Kami hanya dua daerah yang perna dijajah/dibagi kelompok kuat. Dibatasi garis tanpa fisik, dibagi berdasarkan kesepakatan ekonomi politik abab 19-20. PNG seperti masih dalam Pax Britania dan kami Papua Pax Amerikana bukan Indonesiana. Situasi politik dan kehidupan sosial yang berbeda membuat kami berbeda.


Stan-stan di Asia Tengah yang memiliki bahasa Rusian yang dapat berinteraksi ketika bertemu. Papua dengan PNG bahasa tok pising atau Inggris. Tapi di batas, sepertinya mereka harus tau bahasa Indonesia ketika inggin berdagang di batas Indonesia, tapi ketika kami di garis PNG harus bisa Inggris tok pising. Saya ketemu warga Negara Indonesia asal pulau jawa, memiliki toko sembako sangat fasi dengan bahasa PNG, sama juga dengan mama PNG yang menjual daging domba,sosis dan pisang rebus dapat berbahasa Indonesia, ada yang cukup fasi tapi ada yang juga yang tidak. Mama PNG hanya berjualan dan kembali menyeberang garis batas jam empat sore. Pagi kembali berjualan.



Penulis adalah pengamat cerita-cerita Kampung, Mr.Nomen.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.