Header Ads

ads header

RUMPUT YANG BERTUMBUH DARI MUSIC

 



Nabire - Anakkampung.com - Saya punya banyak music dalam pikiran, sala satunya akustic, lebih dekat music yang melekat pada manusia hitam, Afro, Jazz blues; music yang berbicara free man sebelum perbudakan di hapus Abraham Lincoln (presiden As ke 16). 


Seseorang menyukai music adalah pilihan, seperti memilih pasangan hidup, menikah. Saya menyukai lagu pada momen, kadang bergantung pada kehidupan, seperti ketika mendengar lagu-lagu Black Brather, Mambesak dan lagu-lagu tentang manusia sosial. 


Saya bertemu orang-orang berbakat, komunity papuakuistik band. Julio Faot, baju hitam sebelah mata anda adalah Pencipta lagu”Torang Bisa” dinyanyikan pada acara Pon XX 2021, ketua Papuakuistic. Pria besar tinggi berbaju putih, Imanuel Waromi, salah satu anak Papua yang saya kagumi sejak dengar Dia punya lagu, “Hanya Ko Dihati” Dia musisi/band, punya suara yang bagus menghibur apapun suasana jiwa.


Di resepsi pernikaan Yulex dan Nova,suara Imanuel mengiring rasa bahagia pada semua keluarga yang hadir di gedung Auditorium Uncen Papua. Sunyi dan merdu, terpana, suara pada aula resepsi berdamai dingin. Selain acara resepsi, Imanuel hadir diacara minang; acara adat keluarga pesisir di Papua untuk meminta perempuan dirumah perempuan dari pihak pria. 


Kedua anak muda Papua ini punya kompetensi dibidang industri kreatif. Saya percaya kehidupan sosial selalu punya mimpi untuk keluarga dan Papua melalui karya. Style voicenya sangat Eropa, menghibur, mengetarkan hati yang keras menjadi air mata, suara yang banyak dapat memberi satu kekuatan untuk perubahan yang ditunggu sepanjang sejarah.


Music bisa memberikan sesuatu yang besar, misalnya seperti di Amerika dari music jazz; Louis Armstrong, Nat King Cole, sampai Billie Holiday. Music Blues; B.B King, Muddy Waters, sampai Ray Charles. Music Funk, Irama musik Afrika sangat kuat di musik funk. Tapi, berbeda dengan blues, funk lebih menonjolkan nuansa gembira. Music Hip Hop; tumbu dan berkembang di The Bronx, New York CitGrandmaster Flash dan The Furious Five, musisi Afro-Amerika.


Setelah buku festival Rock In Celebes dan music Rock di Makassar ditulis kaka Jim, saya dikirim film dokumenter oleh mentor di program menulis buku pengobatan tradisional, judul dokumenter ”Summer of Soul” acara 1969 Harlem Cultural Festival, merayakan musik serta budaya Afrika-Amerika yang ditujukan untuk promosi black pride. 


Potongan kata dari semua grup music yang tampil di festival cultural mempersatukan energy, tajam dan provokatif; kata lebih kuat dari batu, seperti tetes air pada batu yang tidak berhenti. Jangan berhenti lama, terus berpikir untuk kata2 emas dan tajam. Seperti satu kata milik papuakustik ”torang bisa” jangan berhenti di Pon XX 2021. Lagi, berkata lagi”torang bisa” beri stamina untuk rumput bertumbuh. Hormt.



Penulis adalah pengamat cerita-cerita Kampung, Mr. Nomen.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.