Header Ads

ads header

Tujuh Pemuda Dari Kota Menuju Kampung Toto Beri

Tujuh Pemuda dari Kota Menuju Kampung Toto Beri 


Nabire-Anakkampung - Duduk (naik perahu kayu) dari air tawar hingga lewati air asing, berdiri (turung perahu kayu) setelah melewati sungai berair tawar kabur. Masuk muara dari laut, jauh sekitar 20 kilo meter lebih, tidak ada aktivitas warga dusun disamping sungai kabur yang gelap, hanya burung-burung berterbangan disamping sungai dan pohon. Sepertinya sungai itu hanya jalan menuju Distrik Kamarsano hingga Kabupaten Nabire_tidak ada jalan tikus atau jalan babi, apalagi jalan aspal atau bandar udara untuk pesawat mini diwilayah Wapoga. 


Tujuh pemuda lewati Tujuh Kampung, sampai di Kampung Toto Beri Distrik Wapoga Nabire Papua. Tujuh pemuda asal kota membagi apa adanya yang dibawah dari tanggan orang-orang kota yang memiliki hati yang baik. Tujuh muda disambut dengan terik matahari dan dilepas dengan terik matahari, seperti senyum warga pemilik dusun Toto Beri selamah satu hari satu malam. 


Langit diatas Embun Tabai masih senyum lebar seperti bocah-bocah Toto Beri mewarnai hingga mendapatkan hadiah untuk pemenang mewarnai; maknai perjuangan_ hidup adalah proses perjuangan yang tidak selesai, berkat jatuh pada orang-orang berniat baik lalu mau berjuang keras dengan disiplin tinggi, seperti lomba mewarnai yang harus sesuai real lalu menang. 


Ada tiga hal menarik yang akan menjadi cerita bagi saya. Pertama, Ibu guru yang mengapdi selamah 11 tahun hingga melayani menjadi Pendeta di Gereja GKI. Kedua, karakter dokter yang memilih harus kuat secara mental dan ego setelah hidup lama di kota. Tiga, dusun yang aksesnya hanya perahu tradisional, modern dan kesaksian Ibu mantan kades yang berkesulitan saat suaminya harus memoton kaki karena keterbatasan medis. 



Kurang lebih begitu, lebihnya kita akan bercerita versi saya nanti. Terimakasih untuk tujuh pemuda yang menjadi satu komunitas di Nabire dari beberapa suku yang hidup bersosial dengan baik. Dari jauh datang, terbayar karena mereka senyum saat kami pamit sebelum siang. 


Penulis adalah Pengamat Cerita-Cerita Kampung* Mr. Nomen 


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.