Hidup Dari Hasil Keringat-Nya Sendiri
Nabire-anakkampung - Jam sebelas, matahari panas terasah dikulit hitam. Disini Papua. Kakek tua dijalan aspal (Nabire Papua) mengenakan sepatu lumpur, Ia membawah buah merah, memikul satu buah merah di pundak kiri yang rapuh. Noken bergantung depan dada. Perlahan melangkah kerumah. Entahlah kakek membeli atau dipetik anaknya dikebun?.
Sekitar dua puluh meter Ia berhenti beristrahat, lanjut dengan langkah pelan lagi. Ia menolak beberapa orang yang berhenti membantunya antar. Usianya tak lagi kuat (senja). Mungkin baginya, pergi berkebun adalah olahraga atau terapi.
Mungkin kakek itu perna membaca cerpen Leo Tolstoy (1889), "Gandum Sebesar Telur, " Tentang Petani Gandum yang dulu menanam gandum sebesar telur hingga masa berlalu, tinggal gandum berukuran kecil karena ladang harus membayar pada penguasa.
Raja bertanya kepada kakek yang lebih tua dari kakek lain karena gandum sebesar telur belum perna ada dalam sejarah tanah air mereka tapi ternyata perna ada sebelumnya tapi itu dulu sekali, era kakek yang lebih tua.
Tanya raja:
"Ceritakan padaku, duhai kakek, dimanakah letak ladangmu itu? Dimana tempat kau berhasil menanam gandum serupa ini?"
"Ladang hamba adalah tanah Tuhan. Di mana saja Hamba membajak, maka disitulah ladang hamba. Tak ada harga yang harus dibayar untuk sebidang tanah dan tidak ada orang pun yang menyebut sepetak lahan sebagai meliknya. Tenaga, adalah satu-satunya hal yang menjadi milik pribadi." Jelas kakek pada raja.
"Jelaskan padaku dua hal lain, "tanya raja namanya Tsar Antusias. Pertama, kenapa gandum seperti dan berhenti tumbuh? Kedua, mengapa cucumu berjalan dengan dua tongkat dan putramu dengan satu tongkat, sementara kau sendiri dapat melangkah dengan begitu mudah tanpa memerlukan penopang. Lagi pula penglihatanmu masih begitu baik, gigimu kuat, dan bicaramu jelas serta lugas."
Kakek itu menjawab:
Hal ini bisa terjadi karena orang-orang sudah berhenti untuk hidup dari keringatnya sendiri, dan bergantung pada kerja keras sesama mereka. Di masa kami dulu, manusia hidup menurut Firman Tuhan. Kami berdiri di atas kaki kami sendiri dan tidak berhasrat merampas apa yang bukan menjadi hal kami. (online literature.com).
Penulis adalah pangamat Cerita-Cerita Kampung. Mr. Nomen.
(Nbx, Sel, 28 Sep 2021)
Post a Comment