SOP PEMBUATAN BIOSAKA
SOP PEMBUATAN BIOSAKA
A.
Alat dan Bahan
1. Persiapan Alat:
a. wadah (baskom/ember),
b. gayung
c. saringan
d. corong
e. botol/jerigen untuk wadah biosaka
2. Persiapan Bahan:
a. Rumput-rumputan/daun-daunan yang sehat, sempurna,
ukuran daun simetris,
tidak terkena hama/penyakit, tidak bolong-bolong, tidak jamuran, ujung daun tidak kusam dan warna daun
rata. Ambil agak ke pucuk/daun masih hijau, boleh diambil
2-4 daun dengan
batangnya,
b. Jangan ambil rumput yang berduri agar tidak melukai
tangan waktu meremas
c. Minimal
5 jenis dari rumput/daun sekitar pertanaman, jenis dan warna rumput/daun bebas, tidak harus
standar/seragam karena setiap waktu dan tempat
bisa berbeda-beda.
d. Banyaknya satu genggaman tangan untuk 1 wadah dalam satu kali pembuatan
B. Proses Pembuatan:
1. Meremas didahului
berdoa dan dilakukan dengan sabar, ikhlas,
sepenuh hati dan fokus.
2. Campurkan
bahan dengan air bersih sebanyak 2-5 liter dalam wadah yang sudah disiapkan (tanpa campuran bahan apa pun)
3. Lakukan peremesan
dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memegang
pangkal bahan. Sekali meremas diikuti
sekali memutar/mengaduk air ke
kiri. Tangan kanan bergerak memutar air ke kiri (berlawanan arah jarum jam) sambil mengumpulkan bahan yang
tercecer sambil tetap meremas
4. Diremas
sampai selesai, tidak berhenti, tidak sampai hancur batangnya, tangan tidak boleh diangkat, tetap tangan
di dalam air dan tidak berganti orang.
5. Meremas
rumput tidak boleh pake blender, mesin, ditumbuk tetapi harus menggunakan tangan, karena ada interaksi
antara tangan dengan rumput sebagai
makhluk hidup, sebagaimana halnya membuat cincau. Sehingga biosaka
tidak bisa dibuat pabrikan dan diperjualbelikan, karena
semua petani bisa membuat sendiri.
6. Peremasan dilakukan
sampai ramuan homogen
(sebenarnya hingga koheren/harmoni), disebut homogen karena menyatu antara air dengan saripati
rumput/daun. Untuk mencapai homogen perlu waktu kisaran10-20 menit.
7. Ciri-ciri visual bahwa biosaka disebut homogen: tidak mengendap, tidak timbul gas, tidak ada butiran,
bibir permukaan membentuk
pola cincin, ramuan
biosaka terlihat pekat dan mengkilap, bisa berwarna hijau/biru/merah sesuai dengan warna rumput/daun yang digunakan. Bagi biosaka
homogen yang sempurna bisa disimpan
hingga 5 tahun.
8. Kepekatan
ramuan biosaka dapat diukur dengan menggunakan alat Total Disolved Solid (TDS),
harga murah dapat dibeli di toko maupun online. Mengukur
dengan TDS, pada saat sebelum
dan setelah diremas,
peningkatannya minimal 200 ppm dan untuk menjadi homogen sempurna di atas 500 ppm. Ukuran ini bukan satu-satunya cara untuk mengukur biosaka homogen, tetapi hanya alat bantu saja.
Masih banyak alat ukur yang lain, seperti metode
kinesologi.
9. Selanjutnya ramuan biosaka disaring
menggunakan alat saringan
dan dimasukan ke dalam botol/jerigen menggunakan corong.
10.
Ramuan biosaka bisa langsung
diaplikasikan dan sisanya dapat disimpan. Wadah ramuan biosaka disimpan
di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
C. Aplikasi Penyemprotan
1. Alat semprot
harus bersih dari kandungan sisa pestisida
2. Dosis
penyemprotan untuk padi dan jagung
40mL/tanki semprot volume 15 liter.
Untuk aneka kacang dan umbi 30mL/tanki dan hortikultura 15ml/tanki. Untuk satu ha lahan
cukup 3-5 tanki sprayer.
3. Untuk padi dan jagung,
aplikasi pertama pada umur 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali semusim dengan interval
penyemprotan 10-14 hari dan untuk sayuran seminggu sekali.
4. Penyemprotan
dilakukan dengan nozzle kabut di atas pertanaman, minimal 1 meter di atas tanaman,
tidak boleh diulang-ulang
5. Waktu penyemprotan bisa pagi/siang/sore dan sebaiknya pada sore hari saat ada angin sehingga mudah menyemprot
ngabut, perhatikan cuaca dan arah menyemprot mengikuti arah mata angin.
6. Penyemprotan cukup dari atas galengan dengan stik diperpanjang hingga 2- 3 meter.
7. Aplikasi biosaka efektif di lokasi hamparan insitu dari bahan rumput/daun di sekitar. Jarak efektif aplikasi maksimal 20 km dan untuk lahan yang sudah berat/tidak sehat harus lebih dekat lagi, tidak efektif biosaka diaplikasikan/dikirim antara wilayah karena terkait pengenalan agroekosistem.
8. Cara
memilih rumput, meremas, menyemprot dan testimoni hasilnya dapat mempelajari dari youtube propaktani dengan materi biosaka.
Informasi Tambahan
tentang Bio-SAKA.
1.
Biosaka adalah Bio: hayati/tumbuhan, SAKA singkatan: selamatkan alam kembali ke alam,
temuan petani pak Ansar di Blitar yang sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 000399067.
2.
Manfaat ramuan Biosaka: biaya nol
rupiah/gratis membuat sendiri, tidak ada risiko
kerugian bagi petani dan tanaman, tidak
beracun, menghemat biaya pupuk kimia sintetis 50-90% dan pestisida
kimiawi, sehingga petani biasanya pakai pupuk
Rp 3 juta/ ha/musim dengan menggunakan biosaka cukup Rp 0,3 - 1,5 juta/ha/musim. Biosaka ini juga meminimalisir/mengurangi serangan
hama penyakit, lahan menjadi
subur, umur panen lebih pendek, produktivitas dan produksi lebih bagus.
3.
Pada awalnya Dinas Pertanian
Blitar, penyuluh dan petani tidak percaya terhadap manfaat biosaka, dikira Air
Ponari atau jampi-jampi dan hanya coba- coba
oleh beberapa petani. Ternyata hasil produksinya bagus. Kadistan Blitar perlu waktu 14 bulan untuk percaya biosaka
setelah melihat sendiri di beberapa lokasi
petani.
4.
Penggunaan biosaka di Blitar mulai
2019 dan saat ini sudah sekitar 12.000 Ha di
seluruh kecamatan. Sekarang sudah radikal dilakukan demplot ujicoba di Blora, Sragen, Klaten Grobogan, Jatisari,
dan lainnya. Di lokasi ujicoba demplot standing
crop jagung, padi dengan menggunakan biosaka hasil panen lebih bagus dibandingkan tanpa biosaka, produksi
lebih tinggi dengan hemat 50% pupuk kimia.
Keragaan fisik batang,
daun, pertumbuhnnya berbeda
dari tanaman biasanya, lebih bagus dan lebih besar,
demplot terus dilaksanakan berkelanjutan di berbagai
kabupaten di Jawa dan luar Jawa.
5.
Hasil uji lab pada ramuan Biosaka
menunjukkan kandungan hara makro-mikro rendah sehingga
disimpulkan bahwa biosaka
bukan pupuk. Memang kita semua
juga tahu dari dulu bahwa rumput bukan pupuk, bukan menggantikan pupuk, bukan variasi pupuk,
bukan jenis makanan
tanaman, bukan memperbaiki pupuk, tetapi biosaka
memperbaiki tanaman dan ekosistem.
Mari kita ilmuan riset memperhatikan bahwa biosaka memperbaiki tanaman, sel-sel tanaman,
memperbaiki lahan dan ekosistemnya, menjadikan harmoni.
6.
Hasil uji lab pada ramuan Biosaka
menunjukkan adanya kandungan hormon, jamur
dan bakteri yang tinggi, mengandung PGPR, ZPT, MoL dan sejenisnya. Mari kita ilmuan riset alur dan proses
memproduksi ini, kita buktikan biosaka itu "produsen
hormon, fungi/jamur, bakteri" ini, bahkan ilmu lebih mendalam lagi, biosaka itu disebut elisitor sebagai
signaling bagus untuk pertumbuhan dan berproduksi.
7.
Menurut Prof Robert Manurung dari
ITB: Biosaka ini disebut elisitor dari ilmu epigenetic,
sudah banyak riset, jurnal -jurnal elisitor, dan sudah dilakukan kajian lanjut.
Beberapa mahasiswa sedang
melakukan penelitian dan terbuka luas bagi kampus,
dosen, mahasiswa, praktisi,
peneliti untuk mengkaji
lebih mendalam
sehingga menambah referensi keilmuan dan agar menjadi bagian
sehari-hari dalam diskusi ilmiah di kampus. Silahkan untuk riset ke Blitar yang sudah mengembangkan biosaka 12.000 hektar di 22 kecamatan dan sudah mempraktekkan Biosaka selama 1-3 tahun untuk komoditas pangan,
hortikultura, perkebunan. Dua peneliti ITB sudah tiga minggu meneliti
di Blitar.
8.
Bicara soal biosaka, hati-hati membandingkan tanaman dengan
manusia. Kalau manusia
perlu asupan makanan,
tetapi tanaman melakukannya dengan fotosintesis. Biosaka
bukan suplemen vitamin
untuk manusia, tapi biosaka memperbaiki tanaman,
ekosistem. Jadi tanaman
tidak harus pakai
pupuk kimiawi secara berlebihan. Pupuk itu bukan
segalanya, hara tidak akan habis di alam, ada proses simbiosis dan ekosistem berjalan,
gunakan pupuk dengan
hemat dan bijak. Bukti/contoh bahwa unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tidak hanya berasal
dari pupuk kimia sintentis: (a) tanaman hutan belantara itu tumbuh dan berbuah
tanpa dipupuk, tanpa
dirawat karena ada proses hara dan proses
alami yang sudah steady state di hutan,
(b) Budidaya padi organik selama puluhan tahun
mengandalkan bahan-bahan/hara alami dan bisa menghasilkan panen bagus, (c) Fakta lain rumput, gulma,
termasuk rumput yang berbatang dan berbunga,
dibabat berkali-kali tetap tumbuh dan subur. (d) pohon rambutan, pisang, kelapa dan lainnya di pekarangan,
tetap tumbuh dan berbuah tanpa dipupuk mengandalkan bahan-bahan alami.
9.
Mungkin ilmu kita yang terbatas,
kita ketinggalan, sementara fakta manfaat Biosaka di lapangan sudah terbukti nyata. Apakah fenomena
tersebut merupakan bagian
misteri dari aliran transmisi kinetis yang harus kita jawab secara ilmu, apakah rumput adalah nenek
moyang tanaman dan populasinya terbanyak
di bumi. Cara meremas rumput dengan tangan berbeda hasilnya bila dengan
menggunakan mesin/blender, sehingga
ramuan menjadi homogen,
koheren, harmoni (sementara ukuran koheren dan harmoni sudah diketahui dari kinesiologi).
Cara penyemprotan biosaka dengan ngabut ke udara berdampak langsung pada daun dalam waktu sangat
cepat 15 detik dan turun ke akar sehingga sel-sel
akar semula lemah menjadi aktif dan cerdas,
Ini secara kinesiologi terukur, tapi mari kita ilmuan
bareng menjawabnya.
10. Daripada
berdebat dengan pendekatah ilmu masing masing dan beranggapan bahwa hara akan habis bila pupuk kimiawi
sintetis dikurangi, lahan terdegradasi jika tidak dipupuk, tidak masuk akal di lahan tandus dengan biosaka bisa tumbuh dengan baik, sementara kita belum pernah
mengukur neraca biomasa, belum pernah
melihat sendiri bahwa biosaka di tanah kapur bisa berhasil dibanding tanpa biosaka.
Daripada berdebat bahwa rumput sehat sempurna itu tidak bermanfaat, bahwa disemprot ngabut ke
udara tidak masuk akal, sementara pemahaman kita masih terbatas
terhadap ilmu elisitor,
ilmu epigenetic, kinesiologi, transmisi energi, neraca
biomasa dan lain lain.
11. Mari
kita bareng meneliti fenomena biosaka dengan
pendekatan ilmu diluar uji lab hara, hormon, jamur,
bakteri, LCMS, PCR dan sejenisnya, karena sudah
banyak dilakukan. Kalaupun tetap dilakukan uji lab tersebut, cukup
untuk level skripsi S1 atau hanya
sebagai uji pendukung dari riset mendalam lainnya. Kita tidak hanya fokus dengan uji metode kimia newton dan biologi
dasar, tapi mari kita menggunakan ilmu epigenetic, elisitor,
signaling, kinesiologi, transmisi
energi, neraca biomasa, ecosystem dan lain-lain. Justru kami senang bila
ada metode lain diluar metode
tersebut untuk memperkaya keilmuan.
12. Ini mungkin
misteri, menjadi ilmu baru yang akan terus berkembang dan bermanfaat ke depan, dan sebagian akan bisa menjawab
dalam bentuk praktek-
praktek SDG's dan dalam rangka mewujudkan cita-cita
luhur bahwa tanah nusantara
menjadi land of harmony dan Indonesia lumbung pangan dunia feed the world 2045.
Penulis adalah pengamat ceriita-cerita kampung J P
Post a Comment