Header Ads

ads header

Akai Meno

 


Nabire - Anakkampung.com - Dibalik saya, diatas kepala topi, ada patung berdiri, empat pria dan dua wanita. Gerak hentinya posisi berdansa, seperti lagu dalam bahasa Suku Kamoro”Akai Mipe”volume sudah botak. Patung yang di buat seniman asal Jogjakarta ini sedang berdansa seka(Kamoro), bunyi irama yang hidup dari jiwa-jiwa moyang, music dan liric tradisional dalam bahasa ibu menjadi kebahagiaan hidup setiap saat. 


Mungkin saya juga akan ikut bergoyang ketika patung dibalik saya tiba-tiba bergoyang karena lagu “Akai Mipe”, sakin sukanya patung keberadaan suku Mimika ini; saya bolak balik memutar lagu melalui media youtube, saya nontong gerak dance tradisional sesuai music. Bundaran Petrosea Mimika Papua, disulap Pemda mempercantik PON XX 2021. Semoga besok tetap cantik. 


Empat tahun lalu perna injak kota ini, tinggal selamah satu tahun; saya bigung dengan wilayah ini karena ada perubahan dalam kedip mata, jalan berubah menjadi besar, dimana-mana berdiri gedung besar dan perumahan. Jejak saya selamah satu tahun hilang. Saya tiba-tiba berpikir soal polemik Pemekaran Provinsi Papua Tengga dan Ibu kota. Semoga rakyak tetap merdeka dari kehidupan sosial yang direkayasa sistematis. Semoga. Ia, Semoga.


Posisi patung itu mempersiapkan pertanyaan soal kultural lokal; untuk manusia yang kadang berpikir tidak sekedar perut, patung; keberadaan dan mungkin nasib soal emas dan daya hidup OAP, lebih khususnya Kamoro dan Amungme di wajah Patung. Patung Karya Purjito yang diukir dari Jogjakarta, hanya di pasang di Papua, persis seperti seniman Papua sulit bernapas di Papua; doa-doa yang berbedah hidup hingga kini.


Tulisan besi putih “Smart City” menyala dari arah jalan bandara Moses Kilagit baru. Kota pertama Smart City di Papua menurut Pemda. Kota Mimika mulai cerdas, namun orang muda Kamoro dan Amungme wajib bertanya, Apakah Manusia ikut dicedaskan? atau hanya kota karena ada kegiatan nasional? Semoga kota ini benar-benar menjadi catatan pertama kemajuan orang-orang asli dari ketentinggalan pola pikir menghadapi globalisasi yang terus berkembang. Seperti perang Rusia dan Ukraina; perang yang telah dimulai kamis pagi dengan senjata dan teknologi, bukan dengan batu dan kayu.


Penulis adalah pengamat cerita-cerita Kampung,  Mr.  Nomen.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.