Header Ads

ads header

Dapur Diatas Udara Pinggir Sunggai

 


Nabire - Anakkampung - Alat dapur sudah di evakuasi, mungkin oleh pemilik rumahnya atau mungkin juga oleh air sunggai yang kencang. Rumah yang tidak sempurna, semakin hari semakin memakan pondasi yang kokoh dalam tanah bercampur batu. Toilet dipinggir sunggai terancam dihempas air sunggai; mungkin hanya membutuhkan hujan beberapa jam. Rumah dengan dapur diatas udara ini tidak ada aktivitas manusia, mungkin pemilik rumah sudah mengevakuasi ke tempat yang lebih aman. 


Rumah batu tela sampin kanan, depan pintu ada drem karet warna biru, depanya ada toilet, tepat pinggir sunggai. Bocah kecil baru saja berlari masuk dalam rumah dari toilet, bocah itu tidak tau nasib rumahnya dan toilet, menunggu waktu hujan hanya dua jam atau lebih. Nyawa bocah itu pun terancam ketika banjir menghantam rumah waktu malam, begitu pula orang tuanya, mungkin saja malam ada doa untuk bantuan rumah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) seperti di Teluk Wondama, Papua Barat dengan menganggarkan Rp2,58 miliar untuk membedah 110 unit rumah tidak layak huni.


Seperti korban Banjir di Kota Jayapura versi media republika, mengakibatkan delapan orang meninggal dunia, empat orang luka berat, dan lima orang luka ringan," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran persnya, Senin (10/1/2022). 


“Sobat bikin apa,” tegur teman menghampiri saya.


“Lihat rumah yang hampir jatuh sana itu,” balas saya menunjuk rumah berdapur diatas udarah.


“Kota ini benar-benar milik kaum feodal yang pura-pura bela rakyat sambil mereka berkata kami dijajah. Mereka memiliki kapital, miliki tanah lebih dari 100 hektar lebih; banyak cerita hidup sekitar warga berkehidupan dilingkungan terancam longsor dan banjir. Kaum demagok itu membangun properti pribadi ketimbang membangun rumah rakyat yang tidak layak dihuni ini,” Lanjut teman setelah berdiri sedikit pinggir sunggai kamorker perumnas satu Abepura Papua.


“Benar sobat, negeri ini memang ngeri- ngeri sedap,” balas saya. Kami dua duduk dirumah, lanjut diskusi sambil ngopi.



Penulis adalah pengamat cerita-cerita Kampung. Mr.Nomen.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.