Header Ads

ads header

"MENGHILANG" (Sementara sa makan, Mass menghilang dari kursi. Sa lompat lewat diatas meja, lari)

 

(photo, ilustrasi)


Nabire-AnakKampung - Tiga hari yang lalu, malam jumat, sa pergi jalan-jalan ke bapade (keluarga dari bapa), bosan tinggal di kota. Sa rencana mau pulang pergi (pp) tapi karena keasikan baku tipu dengan bapade jadi, tidak terasah sudah sore jam 16:00 sore. Sa bermalam di bapade, sering Sa panggil singkat saja, Pade. Legari Distrik Makimi SP 04 rumah diujung dari rumah beberapa warga non Papua dan Papua. Dari kota, 50 kilo meter.


Besok pagi sa akan pulang kota; tempat sa besar dengan kepalsuan dari sa punya budaya tapi juga membesarkan sa dalam kepastian pendidikan yang tidak totalitas. Jam 7 malam sudah sepih di Legari, hanya suara binatang kecil dari berbagai sudut hutan masuk telinga. Sa pade ini umur 51thn, Dia punya anak hanya dua, laki-laki dan perempuan, satunya sedang kuliah di Jawa, laki-lakinya sudah meninggal ditabrak lari mobil hitam di kota. Di Legari, sementara pade Dia tinggal sendiri karena Istrinya sedang pulang ke kampung. 


Jam 10:01 malam, di Legari sudah jauh malam, bapade sudah tidur  setelah kami dua makan singkong rebus dan daging kukus (hasil jerat bapade kemarin malam), Dia berbaring diatas papan kering dengan bantal putih tapi sudah hitam karena badaki, pondasi rumah yang hampir lapuk, kami dua cerita sampai pade Dia tertidur. Sa belum tidur, duduk nonton ulasan Martin Surjaya tentang filsafat di channel youtubenya yang sa sudah download dari kota.


Waktu sudah melangkah jauh malam, 11:50. Tiba-tiba lapar datang, seakan sa perut bilang, harus makan nasi sekarang juga!. Mungkin sa perut tidak cukup hanya singkong rebus dan daging kukus tadi padahal waktu kecil sudah cukup, mungkin karena sudah lama di kota, hari-hari makan nasi. 


"Pade, Pade ada simpan beras ka, sa lapar ne?, "Tanya sa sambil kore badan pade yang sudah berbaring tidur, grok. Coba Membangunkan. sa pade kurus ini suka bercanda, punya kebun yang luas, sa dengan Dia komunikasi emosionalnya sudah lama tercipta. 


"Kemarin habis, pade ko tidur sudah, ini malam, " Balas dalam tidur. Mungkin Pade Dia pikir mimpi, padahal ini serius, sa lapar. 


Sa punya sejarah sakit lambung, dulu dokter sarangkan harus makan sebelum perut lebih lapar, sa pernah pingsang dua kali karena tahan lapar. Muncul kata dokter itu dikepala. Sa panik karena perut semakin sakit, seperti ada jarum lari-lari dalam perut, menusuk-nusuk, oh tidak, ini harus makan. Sa cepat keluar rumah, di jalan, sa berjalan menuju arah pangkalan ojek dekat pasar. Jarak hanya 50 meter dari rumah. 


"Warung makan yang buka dimana e? "Tanya sa ke tiga ojek yang sedang serius berbincang. Ada orang migran, ada orang asli Papua, dua yang merespon, pria yang satu sibuk main game di hp. 


"Adoh, tutup semua ade, coba ko cek di ujung sana dekat kios biru tu, biasanya buka sampe jam 12:00 malam, "Jawab dua ojek itu sambil dong dua tunjuk arah jalan. 40 meter dari pangkalan. 


Sa sampai di warung mie dengan tenda mini, ada empat kursi karet dan satu meja tripleks. Pria pendek, warga migran, sedang duduk bermain game ular di HP Nokia, Dia pake noken bendera Indonesia tapi gelang ditanggan kirinya bendera Bintang Kejora. Baju putih, jelana putih, bersendal swallow biru. 


"Malam mass, masih ada nasi goreng ka?" Tanya saya dengan cepat. 


"Nasi goreng habis hanya Mie mass, " Balas dia dengan dialek Jawa, matanya merah, suaranya agak berat. 


"Oke mass, satu ya, " Balas sa sambil duduk di kursi. Jam sudah mendekati jam dua belas lewat.


Sambil menunggu, sa buang muka kiri kanan, ternyata warung ini diujung rumah, sebelahnya wilayah kuburan umum. Sa perhatikan baik, ternyata kuburan yang dekat dengan warung ini ada kuburan baru tadi siang, sa punya pikiran sudah liar, kacau, tiba-tiba suasana seperti sa sedang nonton film horor sendiri di ruang gelap. Bulu badan sudah berdiri ulang-ulang. 


"Pake sambal? " Tanya mass itu. 


"Tidak.. Tidak pake, " Jawab sa dengan kemetar dalam hati. 


Sa mau pergi dan tidak makan tapi perut sudah lebih sakit dari yang tadi dari rumah, kalau tidak makan apapun, sa bisa jatuh pingsan, kios tutup semua apalagi warung, kecuali Warung mie ini. Sa makan tapi mata lari ke sudut-sudut rumah dan batas kuburan sebelah sa, dekat sekali, 4 , dekat sekali, 4 , dekat sekali, 4 meter, mass sudah duduk di kursi yang tadi Dia duduk pas sa datang. 


Dua menit sa sibuk makan, sa angkat muka lihat mass kembali, mass itu sudah tidak ada di kursi, sa belum makan semua, sa berdiri langsung langgar meja tiba jalan besar, lari kastinggal warung, sa ketakutan berkeringat dingin. Sa lari sampai di depan kios biru, hanya 5 meter dengan warung, ternyata mass itu ada depan kios yang sudah tutup, Dia sedang menuju kembali ke warung. 


"Mass, kenapa lari-lari?, " Tanya mass dengan santai melihat Sa lari keluar dari warung dan berhenti setelah lihat mass. 


"O... Tidak mass maaf, sa pikir mass menghilang dari kursi dan sa pikir mass itu orang mati karena kuburan baru lagi dekat, " Jelas sa dengan napas yang tidak stabil, ketawa dan meminta maaf. 


"Adu mass, kok bisa pikir sampe segitu, orang mati tetaplah orang mati, tidak mungkin buka warung kaya manusia, itu hanya di film dan mass ini korban film sindarbolong dan pocong-pocong, " Jelas mass sambil Dia ketawa sa dan membersihkan meja, air dan sisah mie berhamburan diatas meja, bekas sa lari diatas meja tadi. 


"Adu mass, sa minta maaf, cukup ya, sa pulang dulu, berapa mass?" Balas sa minta maaf ke mass, malu campur lucuh. 


"Sepuluh ribu mass, " Balas Mass sambil merapikan piring dan gelas. 


Sa berjalan agak capeh, lucuh sendiri, balik menempuh 40 meter sampai di pangkalan ojek, mereka tiga masih duduk bercerita. Sa hanya sapah mereka tiga dan lanjut pulang. Menempuh 50 meter dari pangkalan. Sampai depan rumah dengan ketawa sendiri-sendiri. Pade ada duduk depan teras. 


"Ko darimana!!!?, " Tegas pade,  sedikit marah khawatir. 


"Wkwkwk, adoh pade tunggu sa cerita, ini lucu sekali, kejadian barusan saja ne, wkwkwk, " Jelas Sa berjalan mendekati pade, teras depan pintu. 


"Sa pass makan di warung dekat kuburan diatas itu baru sa lari ini yang sa cerita e.. Pade, " Lanjut sa dengan ketawa-ketawa setelah duduk. 


"Apa, ko makan diwarung!!!!, warung yang mana?, cepat jalan, kita kesana, Jalan-jalan ko kasih tunjuk cepat, " Paksa pade Dia tarik sa tanggan. 


Sa dengan pade lari dari rumah ke tempat tadi sa jalan, sampai di pangkalan ojek begini, sunyi tidak ada orang, padahal baru saja ada sa lihat ada tiga orang. 


"Pade tadi ada tiga ojek disini, " Jawab sa dengan mata menyala, ketakutan mulai datang. 


"Jam 20:00 malam itu ojek sudah tidak ada disini, ojek apa yang ko lihat!!, " Balas pade tidak percaya. 


"Adoh pade sa mati, " Balas sa panik. Kami dua lanjut tempat warung. 


Kita dua lanjut 40 meter ke tempat warung tadi, tempat sa makan. Sampai di tempat warung, tidak ada bekas warung disana, hanya ada kuburan sunyi dan gelap. 


"Pade sa makan disini, tadi warung disini!!!!!, ada mass pake baju putih semua, "Jelas sa,heran panik, warung bisa menghilang. 


"Disini tidak pernah ada warung pade, ko sudah gila pade, ko bilang, ko makan dimana, ko sudah ketemu orang mati?, "Tegas pade ke sa. 


"Disini pade demi Tuhan disini, " Jawab sa ulang-ulang. Sumpah-sumpah. 


"Pade tutup mata, kita berdoa, " Perintah pade. Pade Dia berdoa doa bapa kami sampe tigakali. 


"Hey Pade... Pade, bangun sudah siang ini, ko mau pulang ke kota baru, "Suara pade masuk menggembalikan sa pada posisi sadar, diluar kontrol mimpi tadi, kaget bangun. Oh, ini hanya perjalanan mimpi. 


"Pade ini, orang lagi tiduran kok di bagunan, "  Balas candaan sa, pade dan sa ketawa sama-sama. Setelah 30 menit duduk dirumah makan-makan pisang rebus, sarapan, sa balik ke kota, cerita mimpi ikut hingga di kota, sepanjang jalan mimpi itu ikut tapi hanyalah mimpi. Sa tiba di kota, tentu sa lupa mimpi itu dan tak berlaku dengan cerita-cerita kota. 


Penulis adalah Pengamat Cerita-Cerita Kampung* Mr. Nomen 



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.